PERTUMBUHAN INDIVIDU
A. PENGERTIAN
INDIVIDU
“individu”
berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tak terbagi”. Individu
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas
yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr.A.Lysen. Setiap
individu mempunyai corak sifat dan tabiat yang berbeda.
Hasil pengamatan manusia dengan
segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga
aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek
organik jasmaniah, aspek
psikis-rohaniah, dan aspek-sosial
kebersamaan.
Proses yang
meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya
sendiri, disebut proses individualisasi
atau aktualisasi diri. Konflik
mungkin terjadi karena pola tingkah laku spesifik dirinya bertentangan dengan
peranan yang dituntut oleh masyarakat sekitarnya.
Individu dalam
bertingkah laku menurut pola pribadinya ada dua kemungkinan: menyimpang dari
norma kolektif kehilangan indvidualitasnya atau takluk terhadap kolektif, dan
mempengaruhi masyarakat setiap adanya tokoh pahlawan atau pengacau.
B. PENGERTIAN
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan
merupakan suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa,
perubahan ini disebut juga proses. Timbul beberapa pendapat mengenai
pertumbuhan dari berbagai aliran, yaitu:
1.
Aliran Asosiasi
Pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pengertian tentang
proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi
tahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiri luar melalui panca indra
yang menimbulkan sensations maupun
pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menumbulkan reflextions.
2.
Aliran Psikologis Gestalt
Pertumbuhan adalah proses diferensasi. Dalam proses ini
yang menjadi hal pokok adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian hanya mempunyai
arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan
bagian-bagian yang lain. Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi
dimana ahli dari pengikut aliran ini menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah
proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial
atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
C. FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
1. Pendirian
Nativistik
Menurut para
ahli dari golongan ini berendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata-mata
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli dari golongan
ini menunjukkan berbagai kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan
anaknya.
2. Pendirian
Emperistik dan Environmentalistik
pendirian ini
menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih menekankan pada lingkungan
dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak dibicarakan. Pendirian
semacam ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan
dari paham emperisme.
paham ini
didalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun lingkungan keduanya memegang
peranan penting. Bakat atau dasar sebagai kemungkinan ada pada masing-masing
individu namun bakat dan dasar yang dipunyai itu perlu diselaraskan dengan
lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik.
Disamping harus adanya dasar, juga perlu dipertimbangkan masalah
kematangan (readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan, walaupun
anak tersebut hidup diantara manusia-manusia lain ada kemungkinan juga anak itu
tak akan dapat berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu.
3. Pendirian
Konvergensi dan Interaksionisme
Suatu
modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang
berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi dasar dan lingkungan dapat
menentukan pertumbuhan individu.
4. Tahap
Pertumbuhan Individu berdasar Psikologi
Pertumbuhan
individu sejak lehir sampai masa dewasa atau masa kematangan itu melalui
beberapa fase sebagai berikut:
a.
Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0
tahun.
Pada masa vital ini individu
menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.
Menurut Freud tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral,
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidak nikmatan.
b.
Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun
sampai kra-kira 7,0 tahun.
Masa estetik ini dianggap sebagai
masa pertumbuhan rasa keindahan. Sebenernya kata estetik diartikan bahwa masa
ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindera.
Pada masa ini terjadi apa yang kita
sebut demam menghendaki, dan kehendak yang dimiliki tidak dapat ditahan-tahan,
akan tetapi kalau dia telah memperolehnya maka dia tidak lagi memperdulikan,
dan menghendaki benda yang lain dan seterusnya. Dalam hal ini kadang-kadang dia
melanggar apa yang dilarang dan tidak mengerjakan hal yang diharuskan.
c.
Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun
sampai kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun.
d.
Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0
tahun sampai kira-kira umur 20,0 tahun atau 21,0 tahun.
a.
Masa Intelektual (masa keserasian bersekolah)
Ada beberapa sifat khas pada
anak-anak pada masa ini antara lain:
1.
Adanya korelasi posistif yang tinggi antara
keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
2.
Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan,
permainan yang tradisional
3.
Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4.
Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal
maka soal itu dianggap tidak penting.
5.
Senang membangdingkan-bandingkan dirinya dengan
anak lain, bila hal itu menguntungkan, dalam hubungan ini ada kecenderungan
untuk merehkan anak lain.
6.
Adanya minat kepada kehidupan praktis
sehari-hari yang konkrit.
7.
Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
8.
Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama.
Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa pueral. Masa ini
demikian khasnya sehingga menarik perhatian, sifat-sifat khas anak-anak masa
pueral itu dapat diringkas ke dalam dua hal yaitu :
1.
Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan
tingkah laku dan perbuatan yang ditujukan berkuasa.
2.
Tingkah laku ekstovers yaitu perbuatan yang
berorientasi ke luar dirinya, yang dapat mendorong untuk menyaksikan
keadaan-keadaan dunia diluar dirinya dan untuk mencari meraka dorongan bersaing
besar sekali sehingga dalam persaingan
itulah anak-anak puer mendapatkan sosialisasi lebih lanjut.
Suatu hal yang
penting pada masa ini anak menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar karena itu pada
anak-anak ini mengharapkan adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang
tua dan guru sebagai pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan mudah
menimbulkan problem dikalangan mereka.
b.
Masa remaja
Masa remaja merupakan masa yang
banyak menarik perhatian masyarakat karena mempunyai sifat-sifat khas yang
menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Untuk inilah maka ia
harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang
lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada
dasarnya ini masih dirinci kedalam beberapa masa, yaitu :
1.
Masa pra remaja
Penggunaan isitilah pra remaja ini
hanya untuk menunjukan satu masa yang mengikuti masa pueral yang berlangsung
secra singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif sehingga disebut juga
masa negatif. Terjadinya gejala-gejala negatif itu pada umumnya berpangkal pada
biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin, yang dapat membawa
perubahan-perubahan dengan cepat dalam diri si remaja yang sering kali
perubahan-perubahan yang cepat ini belum mereka fahami sehingga dapat
menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti dan bersifat malu.
2.
Masa Remaja
Dalam fase ini (masa negatif) untuk
pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada
masa-masa sebelumnya. Disinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan
untuk mencari pedoman hidup yaitu mencari sesuatu yang dapat dipandang
bernilai, pantas dijujung tinggi, dan dipuja-puja.
Proses terbentuknya pendirian hidup
atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup
tersebut melewati tiga langkah, yaitu :
1.
Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan
sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas hidupnya.
2.
Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas
yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai tertetu.
3.
Para remaja lebih dapat menghargai nilai-nilai
lepas dari pendukungnya, niali dapat ditangkap dan dipahaminya sebagai sesuatu
yang abstrak.
Penentuan
pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun. Jadi, mereka harus menguji
nilai-nilai yang dipilihnya dalam kehidupan praktis dimasyarakat. Setelah
diketahui bahwa nilai-nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka mereka pilihlah
pendirian hidupnya.
c.
Masa usia mahasiswa
Masa umur
mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yang berusia sekitar 18,0 tahun
sampai 30,0 tahun. Mereka dapat dikelompokkan pada masa remaja akhir sampai
dewasa awal atau dewasa madya. Mahasiswa ini termasuk kelompok khusus dalam
masyarakat maka mereka mulai mempersiapkan diri untuk menerima tugas-tugas
pimpinan dimasa mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari berbagai
aspek kehidupan. Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan dipersiapkan selama
usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan keluarga, kemampuan memimpin, kemampuan
mengambil keputusan, kemampuan menyesuaikan diri secara sosial.
Mahasiswa akan mengalami perubahan
secara perlahan demi sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik.
Dengan demikian keinginan-keinginan yang kurang realistik dalam dirinya dan
realitas dalam lingkungannya telah terganti dengan yang lebih berdasar kepada
realistis. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa dikalangan mahasiswa tidak ada
idealisme, justu pada mahasiswa ini banyak terdapat idealisme tetapi idealisme
yang realistik yaitu yang dapat diterapkan dalam tindakan.
Dengan
uraian-uraian ini diharapkan adanya suatu pemahaman mengenai manusia sebagai
individu. “manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk
keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap itu merupakan
pribadi yang khas, menurut corak kepribadiaannya, termasuk kecakapannya
sendiri.”
Individu tidak
akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar
keberadaannya. Karena dari sinilah kita akan baru bisa memahami seseorang
individu seperti kata johnson.
“.......person
are what they are always in social context..... the solitary person is unreal,
abstract, artifical, abnormal........”
Kehadiran
individu dalam suatu masyarakat ditandai oleh perilaku individu yang berusaha
menempatkan dirinya dihadapan individu-individu lainnya yang telah mempunyai
pola-pola perilaku yang sesuai dengan norma-norma dan kebudayaan ditempat ia
merupakan bagiannya. Disini individu akan berusaha mengambil jarak dan
memproses dirinya untuk membentuk perilaku yang selaras dengan keadaan dan
kebiasaan yang ada.
Perilaku yang
telah ada pada dirinya bisa adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan diri.
Namun ia bisa juga mengalami maladjustment,
yaitu gagal menyesuaikan diri. Mengapa terjadi kegagalan? Kita bisa menelusuri
kembali bentukan perilaku itu. Kepribadian mewujudkan perikelakuan manusia.
Manusia
sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang
sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari individu untuk
menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh drinya, tetapi juga
didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
B. Pengertian Keluarga
Ada beberapa
pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Durkheim berpendapat bahwa keluarga
adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan
merasa berdiri sendiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan
masing-masing anggotanya.
FUNGSI KELUARGA
Keluarga ialah unit satuan masyarakat yang
terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.
Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal
dengan sebutan primary group.
Keluarga biasanya terdiri dari suami,
isteri dan anak-anaknya. anak anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai
bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri dan kemudian belajar melalui
pengenalan itu. Apa yang dilihatnya, pada akhirnya akan memberinya suatu
pengalaman individual. Dari sinilah mulai dikenal sebagai individu. Individu
ini pada tahap selanjutnya mulai merasakan bahwa telah ada individu-individu
lainnya yang berhubungan secara fungsional.
a.
Pengertian fungsi keluarga
Dalam kehidupan keluarga sering
kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan
atau tugas yang harus dilakukan itu biasa disebut dengan fungsi. Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus
dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu.
b.
Macam-macam fungsi keluarga
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
keluarga itu dapat digolongkan kedalam beberapa fungsi, yaitu:
·
Fungsi biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat
menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. karena
dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap
manusia pada hakikatnya terdapat semacam tuntutan biologi bagi kelangsungan
hidup keturunannya, melalui perkawinan.
·
Fungsi pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap
anggotanya dapat dapat terlindungi dari gangguan-gangguan sebagai berikut:
1.
Gangguan udara dengan berusaha menyediakan
rumah.
2.
Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan
obat obatan.
3.
Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan
pagar tembok dan lain-lain.
Bila dalam fungsi ini telah dijalankan
dengan sebaik-baiknya sudah barang tertentu akan membantu terpeliharanya
keamanan dalam masyarakat pula. Sehingga terwujud suatu masyarakat yang
telepas/terhindar dari segala gangguan apapun yang terjadi.
·
Fungsi ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia
yang pokok yaitu:
1.
Kebutuhan makan dan minum.
2.
Kebutuhan pakaian untuk menutupi tubuhnya.
3.
Kebutuhan tempat tinggal.
Berhubung dengan fungsi
penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orng tua mewajibkan untuk berusaha
keras agar setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian
serta tempat tinggal.
Sehubungan dengan fungsi ini
keluarga juga berusaha melengkapi kebutuhan jasmani dimana keluarga (orang tua)
diwajibkan berusaha agar anggotanya mendapat perlengkapan hidup yang bersifat
jasmaniah baik yang bersfat umum maupun yang bersifat individual.
·
Fungsi keagamaan
Dinegara indonesia yang berideologi
pancasila berkewajiban pada setiap warganya (rakyat) untuk menghayati,
mendalami dan mengamalkan pancasila didala perilaku dan kehidupan keluarganya
sehingga benar-benar dapat diamalkan P4 ini dalam kehidupan keluarga yang
pancasila.
Dengan dasar pedoman ini keluarga
diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama
dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan yang maha esa.
·
Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha
untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal selengkapnya dengan memperkenalkan
nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari
peranan-peranan yang diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa.
Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah sosialisasi.
Dalam buku ilmu sosial dasar
karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakkan bahwa fungsi-fungsi keluarga
meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a.
Pembentukan kepribadian, dalam lingkungan
keluarga, para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada
anak-anaknya, dengan tujuan untuk memprduksikan serta melestarikan kepribadian
mereka dengan anak cucu dan dengan keturunannya. Mulai sejak anak-anak
bertatih-tatih belajar berjalan sampai dengan usia sekolah dengan penuh
kesadaran dan rasa tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitik-titik
sentral pada ayah dan ibu secara intensif membentuk sikap dan kepribadian
anak-anaknya.
b.
Erat
kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi
kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral keagamaan, dan
kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan struktur masyarakat tertentu.
c.
Keluarga
merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi kunsi.
Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi
kebudayaan.
d.
Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan
perekonomian. Dalam masyarakat primitif
biasanya terdapat sistem kekeluargaan
yang sangat luas. Akan tetapi, kehidupan perekonomian masih belum berkembang.
Pada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kompleks tetapi, belum masuk pada
era masyarakat industri, perekonomian mereka sudah mulai berkembang. Namun
begitu ikatan-ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering mempengaruhi
atau menguasai bidang perekonomian mereka.
e.
Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan
pendidikan anak-anak (baik anak laki-laki ataupun perempuan) dibangun balai
pendidikan. Balai pendidikan akan dimiliki oleh “keluarga besar” (terdiri dari
beberapa keluarga baih) atau juga dimiliki oleh keluarga batih. Dalam masa pendidikan, anak laki-laki atau
perempuan mempunyai tempat sendiri-sendiri, namun harus tetap tinggal di balai pendidikan yang terpisah.
3) Pengertian
Masyarakat
Drs. JBAF
Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah wadah segenap antar hubungan
sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan
tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok.
Kemudian
pendapat dari Prof. M.M.Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan
daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.
Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan
atau kumpulan manusia yang hidup bersama.
Jelasnya:
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Menilik
kenyataan dilapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa.
Bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Dalam
pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi
masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
a.)
Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan
masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut
jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas,
sejalan dengan pola kehidupan dan pola perekonomian masyarakat primitif atau
belum sedemikian rupa seperti pada masyarakat maju.
(a)
Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka
ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan sebutan kelompok organisasi
kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan
tertentu yang akan dicapai organisasi kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cangkupan nasional, regional
maupun internasional. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai
kelompok masyarakat non industri dan masyarakat industri.
A.
Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin
lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga
kelompok “face to face group”, sebab anggota kelompok sering berdialog,
bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab. Sifat
interaksi dalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih
berdasarkan simpati.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga,
kelompok kerja, kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b)
Kelompok Sekunder
Antara anggota kelompok sekunder,
terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat
kekeluargaan. Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar
kemampuan, keahlian tertentu, disamping dituntut dedikasi. Contoh-contoh
kelompok sekunder, misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat
buruh, organisasi profesi dan sebagainya.
Berlatar belakang dari pengertian
resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group)
atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi
(informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : kelompok tidak resmi
(informal group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Ruah Tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok
resmi. Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak
resmi.
(1)
Masyarakat Industri
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda
bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri
dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat yang merupakan kepandaian/keahlian
khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas
tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang
sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo,
mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan demikian semakin kompleks pembagian
kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolak dari berkembang
pesatnya industrialisasi, terutama didaratan eropa. Hal tersebut telah
melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan buruh. Semula pembagian
kerja antara majjikan dan buruh atau mereka yang magang bekerja berjalan
serasi, sehingga konflik jarang terjadi.
Laju pertumbuhan industri-industri membawa konsekuensi memisahkan
pekerja dengan majikan lebih nyata. Majikan sebagai pemilik modal monopoli
posisi-posisi tertentu, sehingga menimbulkan konflik. Akibat terjadi
konflik-konflik yang tak dapat dihindari, kaum pekerja membentuk serikat-serikat
kerja/serikat buruh dengan keinginan untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah.
4.
HUBUNGAN
ANTAR INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
a.
Makna Individu
Manusia
adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat
dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.
Manusia sebagai makhluk individu mengalami
kegembiraan atau kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan
mata, telinga, tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia
dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyai rasa
keindahan, rasa estetis dalam individunya. Suatu rasa keindahan, rasa estetis
dalam individunya. Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmati melalui indera mata
dan indera mata dan indera perasaan yang berbaut menjadi satu kesatuan.
kepribadian adalah organisasi dinamis daripada
sistem-sistem psy-cho-physik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya
yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A. Gerungan,
1980 : 28). anak kembar. Dua individu manusia yang berasal dari satu keturunan
yang sama. Bersumber dari satu indung telur, tetapi toh-tetap memiliki karakter
ramah, tamah, periang, dan mudah bergaul dengan teman-teman sebaya dalam
lingkungannya. Anak yang satu lagi bersifat tertutup, pemalu, sukar bergaul
dengan teman-teman sebaya dan lingkungannya.
Sejak anak
manusia dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang-orang lain
untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya.
b. Makna keluarga
Keluarga
satu kesatuan sosial ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja
dalam satuan masyarakat manusia.
1. Hubungan suami – isteri :
Hubungan
ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam waktu yang singkat saja.
2. Bentuk perkawinan di mana suami-isteri
itu diadakan dan dipelihara.
Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami-isteri itu
dipilihkan oleh orang-orang tua mereka.
3. Susunan
nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan.
Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki
misal: Di batak. Ini disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita, di
Minangkabau. Ini disebut : Matrilineal, di mana kekuasaan terletak pada wanita.
Di Minangkabau wanita tidak mempunyai hak apa-apa, bahkan hartanya pun tidak
diurusi oleh wanita itu, melainkan diurus oleh adik atau saudara perempuannya.
4. Milik atau
harta benda keluarga
Di manapun keluarga itu
pasti mempunyai milik untuk kelangsungan hidup para anggota-anggotanya.
5. Pada umumnya keluarga itu tempat
bersama/rumah bersama.
Makna Masyarakat
masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi
oleh aspek-aspek tertentu misalnya territorial, bangsa golongan mahasiswa
masyarakat jawa, masyarakat sunda, masyarakat minang, masyarakat jawa,
masyarakat tani dan sebagainya, dipakailah kata masyarakat itu dalam arti yang
sempit.
bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Harus ada pengumpulan
manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan manusia binatang.
b. Telah bertempat tinggal
dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.
c. Adanya aturan-aturan atau
undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan
bersama.
Sejak lahir, manusia mempunyai 2 hasrat/keinginan, yakni:
-
Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekililingnya (yaitu
masyarakat), milieu sosial.
-
Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana sekililingnya.
Manusia sebagai makhluk sosial manapun tersusun
dalam kelompok-kelompok. Fakta ini menunjukan manusia mempunyai sosial akan
pembawaan dalam pergaulan dengan sesamanya seperti hasrat bergaul dan
sebagainya.
Suatu
himpunan manusia supaya merupakan kelompok sosial harus memenuhi syarat-syarat,
antara lain:
1.
Setiap anggota harus sadar bahwa ia merupakan
bagian lain kelompoknya
2.
Ada hubungan timbal balik antara
anggota-anggotaya.
3.
Ada suatu faktor yang di miliki bersama, seperti
nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama
dan sebagainya,
Sesungguhnya telah kita bedakan dua
pengertian yang contras, namun kodratnya manusia itu adalah “makhluk sosial”
bukan makhluk individual. bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah sudah
pada kodratnya.
PEMUDA DAN SOSIALISASI
1.
INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Internalisasi
adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai
institusionalisasi saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah
mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.
Norma-norma
ini kadang-kadang dibedakan antara norma-norma :
1)
Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup
norma-norma kepercayaan yang betujuan agar manusia beriman,dan norma kesusilaan
yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.
2)
Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi,
mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hokum serta mempunyai tujuan agar manusia
bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertijuan untuk mencapai
kedamaian hidup.
Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan
selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungan dengan generasi yang lebih
tua.
Proses
perubahan terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) atau dengan besar-besaran
sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang terjadi,bahkan seakan-akan
tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan situasi (obyektif) perubahan.
Dewasa ini
umum ditemukan bahwa secara biologi, politis dan fisik seorang pemuda sudah
dewasa akan tetapi secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali
diketemukan pemuda-pemuda telah menikah, mempunyai keluarga menikmati hak
politiknya sebagai warga Negara tetapi dalam segi ekonominya masih tergantung
dari orang tua yang tinggal agak jauh dari tempat belajar/studinya.
a.
Hakikat Kepemudaan
Kepemudaan
merupakan suatu fase dalam pertumbuhan biologis seseorang yang bersifat
seketika, dan sekali waktu akan hilang dengan sedirinya sejalan dengan hokum
biologis itu sendiri: manusia tidak dapat melawan proses ketuaan.
Menurut pendekatan
yang klasik, pemuda dianggap sebagai suatu kelompok yang mempunyai aspirasi
sendiri yang bertentangan dengan aspirasi mayarakat, atau lebih tepat aspirasi
orang tua atau generasi tua. Selanjutnya muncullah persoalan-persoalan frustasi
dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka tidak sejalan dengan
kenyataan (keinginan) generasi tua.
Dalam hal ini
hakikat kepemudaan dicari atau ditinjau dari dua asumsi pokok:
Pertama,
penghayatan mengenai proses perkembangan manusia bukan sebagai suata kotinum
yang sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen
mempunyai artinya sendiri
2 asumsi yang
mendasari pandangan di atas, kiranya tidak akan memberi jawaban terhadap
“kebinalan” pemuda dewasa. Pemuda sebagai suatu subjek dalam hidup, tentulah mempunyai
nilai sendiri dalam mendukung dan menggerakan hidup bersama.
Ciri utama dari
pendekatan ini melingkupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau ekologi
sebagai keseluruhan dan kedua, unsur tujuan yang menjadi pengarah dinamika
dalam lingkungan itu.
Hubungan antara manusia sebagai subyek dengan lingkunganya adalah
hubungan timbal balik yang aktif.
Artinya, bukan saja manusia itu mengubah, memperbaiki atau merusak
lingkunganya, tetapi juga akan ikut menentukan, mengubah atau merusak manusia
sebagai akibat pengrusakan manusia atas lingkunganya.
Dua hal yang menonjol dari pendekatan ekosferis ini. Pertama,
kepemudaan dan kehidupan orang dewasa dan anak-anak merupakan totalitas. Bertolak dari suatu kenyataan bahwa
dalam masyarakat modern dimana perubahan social terjadi begitu cepat, maka
semua kelompok, termasuk generasi tua perlu mencari dan menginternalisasikan
atau menghayati ukuran-ukuran standar yang ternyata bersifat dinamis.
2.
PEMUDA DAN IDENTITAS
Telah kita
ketahui bahwa “pemuda atau generasi muda” merupakan konsep-konsep yang selalu
dikaitkan dengan masalah “nilai”, hal ini sering lebih merupakan pengertian
ideologis dan kultural daripada pengertian ilmiah.
pihak pemuda
menghadapi persoalan-persoalan seperti kenakalan remaja, ketidakpatuhan
persoalan seperti kenakalan remaja, ketidak pahaman kepada orang tua/guru,
kecanduan narkotika,frustasi, masa depan suram , keterbatasan lapangan kerja
dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan
harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Diatas telah dikemukakan bahwa
pemuda sering dibuat “generasi muda”, merupakan istilah demografis dan
sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan
generasi muda bahwa yang dimaksud pemuda adalah :
1). Dilihat dari segi
biologis,terdapat istilah :
Bayi : 0 – 1 tahun
Anak :
1 – 12 tahun
Remaja :
12 – 15 tahun
Pemuda :
15 – 30 tahun
Dewasa :
30 tahun keatas
2). Dilihat dari segi budaya atau
fungsional dikenal istilah :
Anak : 0 – 12 tahun
Remaja :
13 – 18 tahun – 21 tahun
Dewasa :
18 – 21 tahun keatas
Dimuka pengadilan manusia berumur 18 tahun
sudah dianggap dewasa. Untuk tugas- tugas Negara 18 tahun sering diambil sebagai batas
dewasa tetapi dalam menuntut hak seperti hak pilih, ada yang mengambil 18 tahun
da nada yang mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dari segi
psikologis dan budaya, maka pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun.
3). Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah
tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon- calon yang dapat diterima
sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 – 22 tahun.
4). Dilihat dari perencanaan
modern, digunakan istilah sumber- sumber daya manusia muda (young human
resources ) .
Tidak ada komentar :
Posting Komentar