Sturzkampfflugzeuge atau Stuka (pesawat pembom tukik) yang kemudian
disandang oleh pembom berukuran kecil milik Luftwaffe (AU Jerman),
Junkers Ju 87. Dibuat pada masa jeda perang (1935).
Istilah pembom tukik, dimana pesawat melakukan gerakan tukik dan membom (dive and bombing), sebenarnya sudah tercetus dalam masa PD I. Bahkan, disebutkan, para perancang Jerman sebenarnya mempelajari teknik ini dari Angkatan Laut Amerika yang akhirnya diwujudkan dalam sayembara tahun 1933 dan dimenangkan Junkers Ju 87 Stuka (1935). Junkers sendiri sebenarnya mulai mengotak-atik teknik membom tukik ini tahun 1920, yakni dengan mengeluarkan pembom bersayap ganda K-47, yang duabelas buah diantaranya pernah dijual ke Cina (1928).
Sekilas mirip pesawat tempur pada zamannya yang condong ringan dan praktis. Tapi banyak yang mengatakan bentuk pesawat ini jelek dan tidak lincah. Dengan mesin Jumo 210 Ca (versi Anton) berkekuatan 640 Tenaga Kuda, kecepatan terbangnya pun lambat, hanya 285 km/jam. Senjata pertahanannya juga terbilang minim. Yakni satu senapan MG 17 kaliber 7,92 mm di sayap. Dalam beberapa hal, satu senapan manual MG 15 kaliber 7,92 mm digunakan gunner (penembak) di kokpit belakang.
Salah satu versinya adalah versi G (Gustav) senjata ini diganti dengan sepasang kanon Flak 18 (BK 3,7) 37 mm, 12 peluru. Maka jadilah Ju 87G sebagai pembom dan penghancur tank yang mujarab. Oleh karenanya, julukan sebagai Kanonenvogel atau Canonbird maupun Panzernacker (pembelah tank) disandang pula oleh pembom yang masuk ke jajaran kekuatan udara Luftwaffe tahun 1937 ini.
Versi lain misalnya adalah Stuka model C (Clara) yang dibuat untuk mengisi kapal induk Graf Zeppelin. Pembom ini dilengkapi tail hook (pengait tali), sayap lipat (folding wing) dan kemampuan batang roda yang jettisonable (bisa dilepaskan) untuk pendaratan (ditching) di laut. Namun versi ini hanya 12 unit saja dibuat, menyusul dihentikan pengembangan kapal induknya. Versi lain adalah pembawa bom torpedo yakni Ju 87D (meski dalam kenyatannya fungsi pembom torpedo ini masih jauh lebih baik dilaksanakan oleh pesawat berkemampuan terbang lebih cepat dan berkapasitas muatan besar yakni Henschel He 11H dan Ju 88A). Versi jarak jauh Ju 87R dengan penambahan kapasitas fuel tank serta versi latih Ju 87H.
Versi Berta dikembangkan dalam beberapa versi lain. Misalnya versi Trop yang digunakan oleh korp Afrika. Versi B juga digunakan di Front Timur oleh negara lain yakni Slovakia, Rumania, Bulgaria, Hungaria dan oleh Regia Aeronautica Italia.
Selepas versi A penambahan kemampuan senapan ditingkatkan. Yakni dengan pemasangan dua senapan mesin Rheinmetall MG 17 7,92mm, kanon 20mm MG 151/20 (Ju 87D-5, D-8), dan kapasitas bom yang lebih dari satu ton. Begitupun dengan penggantian mesinnya agar menambah kecepatan terbang.
Peluit kematian
Oleh karenanya banyak sejarahwan penerbangan kagum dan menggolongkan pembom buatan firma Junkers Jerman ini sebagai yang legendaris. Bila di udara ibarat sebuah predator yang mengerikan. Jalannya yang pelan tiba-tiba bisa berubah menjadi sebuah tukikan burung besi yang mengantarkan bom-bom SC 250 kg sambil melengkingkan suara khas, "peluit kematian" dari terompet Jerricho yang dipasang para penerbangnya di batang roda utama. Tentara musuh yang menjadi sasaran hanya terbengong-bengong sebelum menyadari makhluk aneh baru di angkasa.
William Green dengan mengatakan Stuka sebagai "An evil looking machine with something of the predatory bird in its ugly contours." Selain itu, dalam buku Warplane of the Luftwaffe (1994) disebutkan, Junkers Ju 87 adalah pesawat yang menenggelamkan kapal dan tank terbanyak dalam sejarah PD II untuk semua jenis pesawat. Kecuali tidak menyaingi Ilyushin Il-2 Shturmovik buatan Soviet. Dapat dimaklumi memang, karena Il-2 merupakan pesawat yang diproduksi terbanyak dalam sejarah yakni sekitar 35.000 sementara Stuka hanya dibuat sejumlah 5.700 buah saja.
kisah pertama dari Ju 87 dimulai manakala pembom ini ditugaskan AU Jerman dalam legion condor untuk menyokong kekuatan front Nasionalis dalam Perang Sipil (civil war) di Spanyol (1936-1939). Dalam ajang perang melawan pasukan tentara sosialis Republik sayap kiri yang ditopang kekuatan Uni Soviet ini, Ju 87 membuka cakrawala baru diantara seliweran pesawat tempur di udara seperti Heinkel He 51, Fiat CR.32, Messerschmitt Bf 109D (Nasionalis), Hawker Fury, Polikarpov I-16 (Republik) maupun pembom lain yakni Savoia Marchetti, Junkers Ju 52/3m (Nasionalis) dan Tupolev SB-2 (Republik). Tentara Republik berhasil dipukul mundur, dan nama Stuka melambung ke permukaan.
salah satu video dan lagu dari ju 87 StuKa
Ada kemenangan, ada kekalahan. Namun dalam PD II Ju 87 Stuka tentu adalah fenomena tersendiri. Apalagi pembom ini dikenang sebagai pembom legendaris. Berkaitan langsung atau tidak, pembom ini disebut-sebut mengilhami pembuatan pesawat serang darat penghancur tank A-10 Thunderbolt (Warthog) milik AS, yang kejayaannya sempat kita saksikan dalam Perang Teluk 1991.
Istilah pembom tukik, dimana pesawat melakukan gerakan tukik dan membom (dive and bombing), sebenarnya sudah tercetus dalam masa PD I. Bahkan, disebutkan, para perancang Jerman sebenarnya mempelajari teknik ini dari Angkatan Laut Amerika yang akhirnya diwujudkan dalam sayembara tahun 1933 dan dimenangkan Junkers Ju 87 Stuka (1935). Junkers sendiri sebenarnya mulai mengotak-atik teknik membom tukik ini tahun 1920, yakni dengan mengeluarkan pembom bersayap ganda K-47, yang duabelas buah diantaranya pernah dijual ke Cina (1928).
Sekilas mirip pesawat tempur pada zamannya yang condong ringan dan praktis. Tapi banyak yang mengatakan bentuk pesawat ini jelek dan tidak lincah. Dengan mesin Jumo 210 Ca (versi Anton) berkekuatan 640 Tenaga Kuda, kecepatan terbangnya pun lambat, hanya 285 km/jam. Senjata pertahanannya juga terbilang minim. Yakni satu senapan MG 17 kaliber 7,92 mm di sayap. Dalam beberapa hal, satu senapan manual MG 15 kaliber 7,92 mm digunakan gunner (penembak) di kokpit belakang.
Salah satu versinya adalah versi G (Gustav) senjata ini diganti dengan sepasang kanon Flak 18 (BK 3,7) 37 mm, 12 peluru. Maka jadilah Ju 87G sebagai pembom dan penghancur tank yang mujarab. Oleh karenanya, julukan sebagai Kanonenvogel atau Canonbird maupun Panzernacker (pembelah tank) disandang pula oleh pembom yang masuk ke jajaran kekuatan udara Luftwaffe tahun 1937 ini.
Versi lain misalnya adalah Stuka model C (Clara) yang dibuat untuk mengisi kapal induk Graf Zeppelin. Pembom ini dilengkapi tail hook (pengait tali), sayap lipat (folding wing) dan kemampuan batang roda yang jettisonable (bisa dilepaskan) untuk pendaratan (ditching) di laut. Namun versi ini hanya 12 unit saja dibuat, menyusul dihentikan pengembangan kapal induknya. Versi lain adalah pembawa bom torpedo yakni Ju 87D (meski dalam kenyatannya fungsi pembom torpedo ini masih jauh lebih baik dilaksanakan oleh pesawat berkemampuan terbang lebih cepat dan berkapasitas muatan besar yakni Henschel He 11H dan Ju 88A). Versi jarak jauh Ju 87R dengan penambahan kapasitas fuel tank serta versi latih Ju 87H.
Versi Berta dikembangkan dalam beberapa versi lain. Misalnya versi Trop yang digunakan oleh korp Afrika. Versi B juga digunakan di Front Timur oleh negara lain yakni Slovakia, Rumania, Bulgaria, Hungaria dan oleh Regia Aeronautica Italia.
Selepas versi A penambahan kemampuan senapan ditingkatkan. Yakni dengan pemasangan dua senapan mesin Rheinmetall MG 17 7,92mm, kanon 20mm MG 151/20 (Ju 87D-5, D-8), dan kapasitas bom yang lebih dari satu ton. Begitupun dengan penggantian mesinnya agar menambah kecepatan terbang.
Peluit kematian
Oleh karenanya banyak sejarahwan penerbangan kagum dan menggolongkan pembom buatan firma Junkers Jerman ini sebagai yang legendaris. Bila di udara ibarat sebuah predator yang mengerikan. Jalannya yang pelan tiba-tiba bisa berubah menjadi sebuah tukikan burung besi yang mengantarkan bom-bom SC 250 kg sambil melengkingkan suara khas, "peluit kematian" dari terompet Jerricho yang dipasang para penerbangnya di batang roda utama. Tentara musuh yang menjadi sasaran hanya terbengong-bengong sebelum menyadari makhluk aneh baru di angkasa.
William Green dengan mengatakan Stuka sebagai "An evil looking machine with something of the predatory bird in its ugly contours." Selain itu, dalam buku Warplane of the Luftwaffe (1994) disebutkan, Junkers Ju 87 adalah pesawat yang menenggelamkan kapal dan tank terbanyak dalam sejarah PD II untuk semua jenis pesawat. Kecuali tidak menyaingi Ilyushin Il-2 Shturmovik buatan Soviet. Dapat dimaklumi memang, karena Il-2 merupakan pesawat yang diproduksi terbanyak dalam sejarah yakni sekitar 35.000 sementara Stuka hanya dibuat sejumlah 5.700 buah saja.
kisah pertama dari Ju 87 dimulai manakala pembom ini ditugaskan AU Jerman dalam legion condor untuk menyokong kekuatan front Nasionalis dalam Perang Sipil (civil war) di Spanyol (1936-1939). Dalam ajang perang melawan pasukan tentara sosialis Republik sayap kiri yang ditopang kekuatan Uni Soviet ini, Ju 87 membuka cakrawala baru diantara seliweran pesawat tempur di udara seperti Heinkel He 51, Fiat CR.32, Messerschmitt Bf 109D (Nasionalis), Hawker Fury, Polikarpov I-16 (Republik) maupun pembom lain yakni Savoia Marchetti, Junkers Ju 52/3m (Nasionalis) dan Tupolev SB-2 (Republik). Tentara Republik berhasil dipukul mundur, dan nama Stuka melambung ke permukaan.
salah satu video dan lagu dari ju 87 StuKa
Ada kemenangan, ada kekalahan. Namun dalam PD II Ju 87 Stuka tentu adalah fenomena tersendiri. Apalagi pembom ini dikenang sebagai pembom legendaris. Berkaitan langsung atau tidak, pembom ini disebut-sebut mengilhami pembuatan pesawat serang darat penghancur tank A-10 Thunderbolt (Warthog) milik AS, yang kejayaannya sempat kita saksikan dalam Perang Teluk 1991.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar